Laporan Praktikum Mikrobiologi : Anatomi dan Morfologi Jamur

Pendahuluan

Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil. Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi dengan sendirinya. Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang tinggi karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi karena ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk menyimpan enzim-enzim yang telah dihasilkan..
Mikroorganisme ini juga tidak memerlukan tempat yang besar, mudah ditumbuhkan dalam media buatan, dan tingkat pembiakannya relative cepat. Oleh karena aktivitasnya tersebut, maka setiap mikroorganisme memiliki peranan dalam kehidupan, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan (Winarni 2007)
Dunia mikroorganisme terdiri dari berbagai kelompok jasad renik (makhluk halus). Kebanyakan bersel satu atau uniseluler. Ciri utama yang membedakan kelompok organism tertentu dari mikroba yang lain adalah organisasi bahan selulernya. Dunia mikroba terdiri dari Monera (Virus dan sianobakteri), Protista, dan Fungi. Mikroorganisme tersebut diantaranya adalah bakteri, jamur, dan virus. Secara umum, bakteri, jamur, dan virus mempunyai morfologi dan struktur anatomi yang berbeda. Di dalam kehidupannya beberapa mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan virus selalu dipengaruhi oleh lingkungannya dan untuk mempertahankan hidupnya mikroorganisme melakukan adaptasi dengan lingkungannya. Adaptasi ini dapat terjadi secara cepat serta bersifat sementara waktu dan dapat pula perubahan itu bersifat permanen sehingga mempengaruhi bentuk morfologi serta struktur anatomi dari bakteri, jamur, dan virus. Untuk mengidentifikasikan suatu mikroorganime dapat dilakukan dengan mengetahui morfologi dan struktur anatominya. Oleh karena itu kita perlu mengetahui bentuk morfologi dan struktur anatomi dari bakteri, jamur, dan virus (Waluyo 2004)

Tujuan
Praktikum bertujuan mengetahui anatomi dan morfologi jamur dan mengidentifikasinya di bawah mikroskop dan melakukan slide kultur.

Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan ialah mikroskop, kaca preparat, kawat ose, pinset, tisu, cawan petri, cover glass, pipa V, spirtus dan kertas saring.
Bahan-bahan yang digunakan ialah yeast tempe yaitu Rhizopus oligosporus, Saccharomyses cerevisiae dan lactofenol blue.

Prosedur
Biakan kapang yaitu Rhizopus oligosporus diambil sedikit dengan pinset dari cawan petri berisi biakan kapang tersebut. Lalu dipindahkan ke kaca preparat dan ditetesi lactofenol blue. Kemudian ditutup dengan cover glass dan diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali. Hal yang sama juga dilakukan pada bakteri Sacharomyces cerevisiae dari biakan bakteri tape singkong.
Biakan kapang yaitu Rhizopus Oligosporus dalam cawan petri digores dengan kawat ose lalu disentuhkankan dua kali pada kaca preparat lalu tutup dengan cover glass. Kemudian dimasukkan kedalam cawan petri yang telah ada pipa V dan kertas saring. Pipa V berguna sebagai penyangga kaca preparat. Kertas saring pada bagian tepinya ditetesi gliserol. Lalu diinkubasi selama 2x24 jam dan setelah itu dilihat di bawah mikroskop dengan perbesaran 100 dan 400 kali.





Pembahasan
Pada umumnya jamur dibagi menjadi 2 yaitu: khamir (Yeast) dan kapang (Mold).
a.Khamir
Khamir adalah bentuk sel tunggal dengan pembelahan secara pertunasan. Khamir mempunyai sel yang lebih besar daripada kebanyakan bakteri, tetapi khamir yang paling kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar.khamir sangat beragam ukurannya,berkisar antara 1-5 μm lebarnya dan panjangnya dari 5-30 μm atau lebih. Biasanya berbentuk telur,tetapi beberapa ada yang memanjang atau berbentuk bola. Setiap spesies mempunyai bentuk yang khas, namun sekalipun dalam biakan murni terdapat variasi yang luas dalam hal ukuran dan bentuk.Sel-sel individu, tergantung kepada umur dan lingkungannya. Khamir tidak dilengkapi flagellum atau organ-organ penggerak lainnya  (Coyne 1999)
Khamir Murni
Khamir yang dapat berkembang biak dengan cara seksual dengan pembentukan askospora khamir ini diklasifikasikan sebagai Ascomycetes (Saccharomyces cerevisae, Saccharomyces carlbergesis, Hansenula anomala, Nadsonia sp). (Coyne 1999)
Khamir Liar
Khamir murni yang biasanya terdapat pada kulitanggur. Khamir ini mungkin digunakan dalam proses fermentasi, meskipun galur yang diperbaiki telah dikembangkan yang menghasilkan anggur dengan rasa yang lebih enak dengan bau yang lebih menyenangkan. Khamir liar yang ada dikulit anggur dimatikan dengan penambahan dioksida belerang pada buah anggur yang telah dihancurkan. Inokulum galur khamir yang dikehendaki ditambahkan kemudian untuk memfermentasi air perasan anggur. (Coyne 1999)
Khamir Atas
Khamir murni yang cenderung memproduksi gas sangat cepat sewaktu fermentasi,sehingga khamir itu dibawa kepermukaan. Khamir atas mencakup khamir yang digunakan dalam pembuatan roti,untuk kebanyakan anggur minuman dan bir inggris (Saccharomycescereviceae). (Coyne 1999)
Khamir Dasar
Khamir murni yang memproduksi gas secara lebih lamban pada bagian awal fermentasi. Jadi sel khamir cenderung untuk menetap pada dasar. Galur terpilih digunakan dalam industri bir lager (Saccharomyces carlsbergensis). (Coyne 1999)
Khamir Palsu atau Torulae
Khamir yang didalamnya tidak terdapat atau dikenal tahap pembentukan spora seksual. Banyak diantaranya yang penting dari segi medis (Cryptococcus neoformans, Pityrosporum ovale, Candida albicans). (Coyne 1999)
b. Kapang
Tubuh atau talus suatu kapang pada dasarnya terdiri dari 2 bagian miselium dan spora (sel resisten, istirahat atau dorman). Miselium merupakan kumpulan beberapa filamen yang dinamakan hifa. Setiap hifa lebarnya 5-10 μm, dibandingkan dengan sel bakteri yang biasanya berdiameter 1 μm. Disepanjang setiap hifa terdapat sitoplasma bersama (Syamsuri 2004)
Ada 3 macam morfologi hifa:
1.        Aseptat atau senosit, hifa seperti ini tidak mempunyai dinding sekat atau septum. (Syamsuri 2004)
http://aguskrisnoblog.files.wordpress.com/2011/01/hifa-aseptat-senositik.jpg?w=244&h=233
Gambar 1. Aseptat
2. Septat dengan sel-sel uninukleat, sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang atau sel-sel berisi nucleus tunggal. Pada setiap septum terdapat pori ditengah-tengah yang memungkinkan perpindahan nucleus dan sitoplasma dari satu ruang keruang yang lain.setiap ruang suatu hifa yang bersekat tidak terbatasi oleh suatu membrane sebagaimana halnya pada sel yang khas, setiap ruang itu biasanya dinamakan sel. (Syamsuri 2004)
http://aguskrisnoblog.files.wordpress.com/2011/01/hifa-septat.jpg?w=284&h=185
Gambar 2. Septat denga sel-sel nukleat
3. Septat dengan sel-sel multinukleat, septum membagi hifa menjadi sel-sel dengan lebih dari satu nukleus dalam setiap ruang. (Syamsuri 2004)
Jamur tidak dapat hidup secara autotrof, melainkan harus hidup secara heterotrof. Jamur hidup dengan jalan menguraikan bahan-bahan organik yang ada dilingkungannya. Umumnya jamur hidup secara saprofit,artinya hidup dari penguraian sampah sampah-sampah organic seperti bangkai, sisa tumbuhan, makanan dan kayu lapuk, menjadi bahan-bahan anorganik. Ada pula jamur yang hidup secara parasit artinya jamur mendapatkan bahan organic dari inangnya misalnya dari manusia, binatang dan tumbuhan. Adapula yang hidup secara simbiosis mutualisme, yakni hidup bersama dengan orgaisme lain agar saling mendapatkan untung, misalnya bersimbiosis dengan ganggang membentuk lumut kerak. (Syamsuri 2004)
Jamur uniseluler misalnya ragi dapat mencerna tepung hingga terurai menjadi gula, dan gula dicerna menjadi alkohol. Sedangkan jamur multiseluler misalnya jamur tempe dapat mengaraikan protein kedelai menjadi protein sederhana dan  asam amino. Makanan tersebut dicerna diluar sehingga disebut pencernaan ekstraseluler, sama seperti pada bakteri. Caranya,sel-sel yang bekerja mengeluarkan enzim pencernaan. Enzim-enzim itulah yang bekerja menguraikan molekul-molekul kompleks menjadi molekul-molekul sederhana. (Syamsuri 2004)
Anatomi pada fungi (jamur)
Jamur tidak memiliki klorofil, sel pada jamur ada yang uniseluler,ada pula yang mutiseluler. Dinding sel pada jamur terdiri dari kitin. Jamur multiseluler terbentuk dari rangkaian sel membentuk benang seperti kapas, yang disebu benang hifa. Hifa memiliki sekat-sekat yang melintang, tiap-tiap sekat memiliki satu sel, dengan satu atau beberapa inti sel. Namun adapula hifa yang tidak memiliki sekat melintang, yang mengandung banyak inti dan disebut senositik. Ada tidaknya sekat pada hifa ini dijadikan dasar dalam penggolongan jamur. Hifa ada yang berfungsi sebagai pembentuk alat reproduksi. Misalnya, hifa yang tumbuh menjulang ke atas menjadi sporangiofor yang artinya pembawa sporangium.sporangium artinya kotak spora. Didalam sporangium terisi spora. Ada pula hifa yang tumbuh menjadi konidiofor yang artinya pembawa konidia, yang dapat menghasilkan konidium. (Syamsuri 2004)
Kumpulan hifa membentuk jaringan benang yang dikenal sebagai miselium. Miselium inilah yang tumbuh menyebar diatas substrat dan berfungsi sebagai penyerap makanan dari lingkungannya. (Syamsuri 2004)

Reproduksi pada jamur (fungi)
Jamur uniseluler berkembang biak dengan cara seksual dan dengan cara aseksual. Pada perkembangbiakannya yang secara seksual jamur membentuk tunas,sedangkan secara aseksual jamur membentuk spora askus (Pelczar 1999)
Jamur multiseluler berkembangbiak dengan cara aseksual,yaitu dengan cara memutuskan benang hifa (fragmentasi),membentuk spora aseksual yaitu zoospora,endospora dan konidia. Sedangkan perkembangbiakan secara seksual melalui peleburan antara inti jantan dan inti betina sehingga terbentuk spora askus atau spora basidium.(Coyne 1999)
Zoospora atau spora kembara adalah spora yang dapat bergerak didalam air dengan menggunakan flagella. Jadi jamur penghasil zoospore biasanya hidup dilingkungan yang lembab atau berair. (Pelczar 1999)
Endospora adalah spora yang dihasilkan oleh sel dan spora tetap tinggal didalam sel tersebut, hingga kondisi memungkinkan untuk tumbuh.(Coyne 1999)
Spora askus atau askospora adalah spora yang dihasilkan melalui perkawinan jamur Ascomycota. Askospora terdapat didalam askus, biasanya berjumlah 8 spora. Spora dari perkawinan kelompok jamur Basidiomycota disebut basidiospora. Basidiospora terdapat didalam basidium,dan biasanya bejumlah empat spora. (Coyne 1999)
Konidia adalah spora yang dihasilkan dengan jalan membentuk sekat melintang pada ujung hifa atau dengan diferensiasi hingga terbentuk banyak konidia. Jika telah masak konidia paling ujung dapat melepskan diri. (Coyne 1999)
http://aguskrisnoblog.files.wordpress.com/2011/01/reproduksi-jamur-2.jpg?w=503&h=400
Gambar 3. morfologi  fungi
Setelah melewati masa inkubasi selama 2x24 jam, baik tape ketan maupun tape singkong menghasilkan khamir atau yeast (Saccharomyces serevisiae) di dalamnya. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya mikroorganisme yang tumbuh dalam media PDA. Namun apabila diteliti lebih lanjut dengan menggunakan mikroskop, akan terlihat pertumbuhan tunas atau budding yaitu perkembang biakan secara vegetative. Selain tunas, perkembang biakan yeast dapat dilihat pula dari adanya sporangium yang didalamnya terdapat spora dan adanya sporangiosfor. Disamping itu juga dapat melihat hifa (rambut) dan miselium (kumpulan dari hifa) apabila dilakukan pengamatan pada mikroskop. Data dan hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada pengamatan khamir atau yeast terlihat budding atau tunas dari khamir Saccharomyses cerevisiae. Budding adalah cara perkembangbiakan aseksual yeast yakni dengan pembentukan tunas yang semakin lama semakin membesar lalu memisahkan diri. Namun tidak seluruhnya mikroorganisme yang tumbuh merupakan Saccharomyces serevisiae, kemungkinan akan terdapat bakteri lain yang juga ikut berkembang di dalm media PDA tersebut maupun yang terlihat dibawah mikroskop. Hal tersebut dikarenakan sample tape ketan atau tape singkong telah terkontaminasi oleh bakteri dari udara. Kemudian banyaknya yeast yang tumbuh lebih banyak tumbuh pada tape ketan dibandingkan tape singkong. Hal tersebut dikarenakan teknik aseptic yang lebih bagus pada pengerjaan tape ketan dibandingkan denga tape singkong dan bahan atau sample tape ketan yang digunakan lebih banyak mengandung yeast daripada tape singkong.
Pada bekteri Rhizopus oligosporus terdapat hifa dan septa yang terlihat dibawah mikroskop pada perbesaran 100, 400, dan 1000 kali. Lactofenol blue digunakan sebagai pewarna untuk memperjelas hasil penampang bakteri pada mikroskop. Sedangkan pada slide kultur juga terlihat hifa dan miselium pada perbesaran 100 dan 400 kali. Pipa V pada slide kultur digunakan sebagai penyangga dan gliserol untuk menjaga kelembaban.

Kesimpulan
Data dan hail pengamatan menunjukkan Yeast yaitu saccharomyces cerevisiae menghasilkan budding dan kapang Rhizopus oigosporus menghasilkan septa, hifa dan miselium.

Daftar Pustaka
Coyne, Mark S. 1999. Soil Microbiology: An Exploratory Approach. USA : Delmar Publisher
Pelczar, Michael J. 1999. Microbiology. USA : Mc Graw Hill
Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi. Erlangga :Jakarta.
Waluyo, Lud. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM PRESS :Malang.
Winarni, Endang. 2007. Biologi 3. Esis : Jakarta.

andry

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Budayakan memberi masukan saran & kritik
demi memajukan blog kami
maree tinggalkan jejak
jangan sungkan-sungkan berkunjung lagi ...