laporan ini di buat di UNIVERSITAS BENGKULU Fak. PERTANIAN pada smester 2 mata kuliah MIKROBIOLOGI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 DASAR TEORI
Protista
merupakan sekelompok mahluk hidup heterogen, terdiri dari eukariota
yang tidak termasuk hewan, tumbuhan, atau fungus. Mereka pernah
dikelompokkan ke dalam satu kerajaan bernama Protista, namun sekarang
tidak dipertahankan lagi. Penggunaannya masih digunakan untuk
kepentingan kajian ekologi dan morfologi bagi semua organisme eukariotik
bersel tunggal yang hidup secara mandiri atau, jika membentuk koloni,
bersama-sama namun tidak menunjukkan diferensiasi menjadi jaringan yang
berbeda-beda. Dari sudut pandang taksonomi, pengelompokan ini
ditinggalkan karena bersifat parafiletik.
Protozoa adalah protista yang mirip dengan hewan
Protozoa
hampir semuanya protista bersel satu, mampu bergerak yang makan dengan
cara fagositosis, walaupun ada beberapa pengecualian. Mereka biasanya
berukuran 0,01-0,5 mm sehingga secara umum terlalu kecil untuk dapat
dilihat tanpa bantuan mikroskop. Protoza dapat ditemukan di mana-mana,
seperti lingkungan berair dan tanah, umumnya mampu bertahan pada periode
kering sebagai kista atau spora, dan termasuk beberapa parasit penting.
Berdasarkan pergerakannya, protozoa dikelompokkan menjadi:
Flagellata yang bergerak dengan flagella(rambut cambuk). Contoh: Euglena
Amoeboida yang bergerak dengan pseudopodia (kaki semu/kaki akar)
yaitu yang berarti setiap kali ia akan bergerak harus membentuk kaki
semu sebelum dapat bergerak dan pembentukan kaki ini dinamakan fase gel.
Contoh: Amoeba
Cilliata yang bergerak dengan silia (rambut getar). Contoh: Paramaecium
Sporozoa yang tidak memiliki alat; beberapa mampu membentuk spora. Contoh: Toxoplasma
Algae adalah protista yang mirip dengan tumbuhan
Algae
mencakup semua organisme bersel tunggal maupun banyak yang memiliki
kloroplas. Termasuk di dalamnya adalah kelompok-kelompok berikut.
Alga hijau, yang memiliki relasi dengan tumbuhan yang lebih tinggi (Embryophyta). Contoh: Ulva
Alga merah, mencakup banyak alga laut. Contoh: Porphyra
Heterokontophyta, meliputi ganggang coklat, diatom, dan lainnya. Contoh: Macrocystis.
Alga
hijau dan merah, bersama dengan kelompok kecil yang disebut
Glaucophyta, sekarang diketahui memiliki hubungan evolusi yang dekat
dengan tumbuhan darat berdasarkan bukti-bukti morfologi, fisiologi, dan
molekuler, sehingga lebih tepat masuk dalam kelompok Archaeplastida,
bersama-sama dengan tumbuhan biasa.
Protista yang mirip dengan jamur
Beragam
organisme dengan organisasi tingkat protista awalnya dianggap sama
dengan jamur, sebab mereka memproduksi sporangia. Ini meliputi chytrid,
jamur lendir, jamur air, dan Labyrinthulomycetes. Chytrid sekarang
diketahui memiliki hubungan dengan Fungi dan biasanya diklasifikasikan
dengan mereka. Sementara yang lain sekarang ditempatkan bersama dengan
heterokontofita lainnya (yang memiliki selulosa, bukan dinding chitin)
atau Amoebozoa (yang tidak memiliki dinding sel).
I.2 Tujuan Praktikum
Untuk menyelidiki serta mengamati protista yang ada di dalam rendaman jerami.
BAB II
ALAT DAN BAHAN
2.1 Pengenalan Protista
ALAT :
2 buah gelas obyek cekung
2 gelas penutup
2 buah pipet karet
BAHAN :
Air rawa
Air laut
Air jerami
100 ml alkohol
2.1 Pengenalan jamur
Bahan :
1 cawan biakan khamir
100 m aquades steril
100 ml alcohol 70 %
100 ml metil biru 0,01 %
Alat :
1 buah jarum preparat
2 buah tabung reaksi 15 cm
2 buah gelas obyek
2 buah gelas penutup
1 unit mikroskop optic
100 g kapas
1 batang gelas
2 buah pipe tetes
BAB III
CARA KERJA
3.1 Pengenalan Protista
1) Gelas obyek cekung di bersihkan dengan menggunakan alcohol 90 % sampai bebas debu dan emak.Demikian juga pada penutupnya
2) Air rendaman jeramidi teteskan pada cekungan gelas obyek
3) Tetesan air di tutup dengan gelas penutup dan di jaga agar tidak terbentukgelembung udra di dalamcekungan gela obyek
4) Mengamati preparat menggunkan mikroskop pada perbesaran lemah (10 x 10) dan sedang (10 x 40)
5)
Protista yang teramati di gambar dan di beri keterangan gambar tentang
bentuk,warna,arah gerakan,struktur dalam sel,dan ciri-ciri termasuk
karakteristiknya
6) Ulangi prosedur muai point 1 sampai 5
3.2 Pengenalan Fungi
1)
Mengamati biakan khamir dengan cara di gambar dan di beri ketengan
dengan : bentuk kloni,warna koloni,dan karakter-karakter mikroskopis
lain dari biakan
2) Setelah mencatat semua karakter
mikroskopis,koloni di ambil menggunakan ose secara aseptik,kemudian di
masukkan ke dalam tabung reaksi yang teah berisi 10 ml aquades steril
3) Gelas obyekdi bersihkan menggunakan alkoho 90% ssampai bebas debu dan lemak.Demikian juga pada penutupnya.
4) Setetes metil biru 0,01 % di teteskan di tengah-tengah gelas obyek
5)
Mengambil secra septik satu tetes suspense khamir dan di campurkan
diatas gelas objek dengan tetesan metil biru,kemudian di aduk-aduk selam
5 detik dan di catat waktu saat iu.
6) Preparat di amati dengan
cara menghitung jumlah sel yang transparan(bening:sel hidup) dan jumlah
sel yang berwarna biru(sel mati)pada selang waku tertentu
7) Sel khamir yang teramati di gambar dan di beri keterangan gambar tentang hal-hal yang di pandang kas
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
Gambar Keteragan gambar
Protista dari air jerami
Bentuk : paramecium
Bentuk : Bening
Arah gerakan : melingkar
Ciri-ciri lain :
Berambut
Ada bintik-bintik
4.2 Pembahasan
Pada umumnya jamur dibagi menjadi 2 yaitu: khamir (Yeast) dan kapang (Mold).
a.Khamir
Khamir
adalah bentuk sel tunggal dengan pembelahan secara pertunasan. Khamir
mempunyai sel yang lebih besar daripada kebanyakan bakteri, tetapi
khamir yang paling kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar.khamir
sangat beragam ukurannya,berkisar antara 1-5 μm lebarnya dan panjangnya
dari 5-30 μm atau lebih. Biasanya berbentuk telur,tetapi beberapa ada
yang memanjang atau berbentuk bola. Setiap spesies mempunyai bentuk yang
khas, namun sekalipun dalam biakan murni terdapat variasi yang luas
dalam hal ukuran dan bentuk.Sel-sel individu, tergantung kepada umur dan
lingkungannya. Khamir tidak dilengkapi flagellum atau organ-organ
penggerak lainnya (Coyne 1999)
Khamir Murni
Khamir yang dapat
berkembang biak dengan cara seksual dengan pembentukan askospora khamir
ini diklasifikasikan sebagai Ascomycetes (Saccharomyces cerevisae,
Saccharomyces carlbergesis, Hansenula anomala, Nadsonia sp). (Coyne
1999)
Khamir Liar
Khamir murni yang biasanya terdapat pada
kulitanggur. Khamir ini mungkin digunakan dalam proses fermentasi,
meskipun galur yang diperbaiki telah dikembangkan yang menghasilkan
anggur dengan rasa yang lebih enak dengan bau yang lebih menyenangkan.
Khamir liar yang ada dikulit anggur dimatikan dengan penambahan dioksida
belerang pada buah anggur yang telah dihancurkan. Inokulum galur khamir
yang dikehendaki ditambahkan kemudian untuk memfermentasi air perasan
anggur. (Coyne 1999)
Khamir Atas
Khamir murni yang cenderung
memproduksi gas sangat cepat sewaktu fermentasi,sehingga khamir itu
dibawa kepermukaan. Khamir atas mencakup khamir yang digunakan dalam
pembuatan roti,untuk kebanyakan anggur minuman dan bir inggris
(Saccharomycescereviceae). (Coyne 1999)
Khamir Dasar
Khamir murni
yang memproduksi gas secara lebih lamban pada bagian awal fermentasi.
Jadi sel khamir cenderung untuk menetap pada dasar. Galur terpilih
digunakan dalam industri bir lager (Saccharomyces carlsbergensis).
(Coyne 1999)
Khamir Palsu atau Torulae
Khamir yang didalamnya
tidak terdapat atau dikenal tahap pembentukan spora seksual. Banyak
diantaranya yang penting dari segi medis (Cryptococcus neoformans,
Pityrosporum ovale, Candida albicans). (Coyne 1999)
b. Kapang
Tubuh
atau talus suatu kapang pada dasarnya terdiri dari 2 bagian miselium
dan spora (sel resisten, istirahat atau dorman). Miselium merupakan
kumpulan beberapa filamen yang dinamakan hifa. Setiap hifa lebarnya 5-10
μm, dibandingkan dengan sel bakteri yang biasanya berdiameter 1 μm.
Disepanjang setiap hifa terdapat sitoplasma bersama (Syamsuri 2004)
Ada 3 macam morfologi hifa:
1. Aseptat atau senosit, hifa seperti ini tidak mempunyai dinding sekat atau septum. (Syamsuri 2004)
2.
Septat dengan sel-sel uninukleat, sekat membagi hifa menjadi
ruang-ruang atau sel-sel berisi nucleus tunggal. Pada setiap septum
terdapat pori ditengah-tengah yang memungkinkan perpindahan nucleus dan
sitoplasma dari satu ruang keruang yang lain.setiap ruang suatu hifa
yang bersekat tidak terbatasi oleh suatu membrane sebagaimana halnya
pada sel yang khas, setiap ruang itu biasanya dinamakan sel. (Syamsuri
2004)
3. Septat dengan sel-sel multinukleat, septum membagi hifa
menjadi sel-sel dengan lebih dari satu nukleus dalam setiap ruang.
(Syamsuri 2004)
Jamur tidak dapat hidup secara autotrof, melainkan
harus hidup secara heterotrof. Jamur hidup dengan jalan menguraikan
bahan-bahan organik yang ada dilingkungannya. Umumnya jamur hidup secara
saprofit,artinya hidup dari penguraian sampah sampah-sampah organic
seperti bangkai, sisa tumbuhan, makanan dan kayu lapuk, menjadi
bahan-bahan anorganik. Ada
pula jamur yang hidup secara parasit
artinya jamur mendapatkan bahan organic dari inangnya misalnya dari
manusia, binatang dan tumbuhan. Adapula yang hidup secara simbiosis
mutualisme, yakni hidup bersama dengan orgaisme lain agar saling
mendapatkan untung, misalnya bersimbiosis dengan ganggang membentuk
lumut kerak. (Syamsuri 2004)
Jamur uniseluler misalnya ragi dapat
mencerna tepung hingga terurai menjadi gula, dan gula dicerna menjadi
alkohol. Sedangkan jamur multiseluler misalnya jamur tempe dapat
mengaraikan protein kedelai menjadi protein sederhana dan asam amino.
Makanan tersebut dicerna diluar sehingga disebut pencernaan
ekstraseluler, sama seperti pada bakteri. Caranya,sel-sel yang bekerja
mengeluarkan enzim pencernaan. Enzim-enzim itulah yang bekerja
menguraikan molekul-molekul kompleks menjadi molekul-molekul sederhana.
(Syamsuri 2004)
Anatomi pada fungi (jamur)
Jamur tidak memiliki
klorofil, sel pada jamur ada yang uniseluler,ada pula yang mutiseluler.
Dinding sel pada jamur terdiri dari kitin. Jamur multiseluler terbentuk
dari rangkaian sel membentuk benang seperti kapas, yang disebu benang
hifa. Hifa memiliki sekat-sekat yang melintang, tiap-tiap sekat memiliki
satu sel, dengan satu atau beberapa inti sel. Namun adapula hifa yang
tidak memiliki sekat melintang, yang mengandung banyak inti dan disebut
senositik. Ada tidaknya sekat pada hifa ini dijadikan dasar dalam
penggolongan jamur. Hifa ada yang berfungsi sebagai pembentuk alat
reproduksi. Misalnya, hifa yang tumbuh menjulang ke atas menjadi
sporangiofor yang artinya pembawa sporangium.sporangium artinya kotak
spora. Didalam sporangium terisi spora. Ada pula hifa yang tumbuh
menjadi konidiofor yang artinya pembawa konidia, yang dapat menghasilkan
konidium. (Syamsuri 2004)
Kumpulan hifa membentuk jaringan benang
yang dikenal sebagai miselium. Miselium inilah yang tumbuh menyebar
diatas substrat dan berfungsi sebagai penyerap makanan dari
lingkungannya. (Syamsuri 2004)
Reproduksi pada jamur (fungi)
Jamur
uniseluler berkembang biak dengan cara seksual dan dengan cara
aseksual. Pada perkembangbiakannya yang secara seksual jamur membentuk
tunas,sedangkan secara aseksual jamur membentuk spora askus (Pelczar
1999)
Jamur multiseluler berkembangbiak dengan cara aseksual,yaitu
dengan cara memutuskan benang hifa (fragmentasi),membentuk spora
aseksual yaitu zoospora,endospora dan konidia. Sedangkan
perkembangbiakan secara seksual melalui peleburan antara inti jantan dan
inti betina sehingga terbentuk spora askus atau spora basidium.(Coyne
1999)
Zoospora atau spora kembara adalah spora yang dapat bergerak
didalam air dengan menggunakan flagella. Jadi jamur penghasil zoospore
biasanya hidup dilingkungan yang lembab atau berair. (Pelczar 1999)
Endospora
adalah spora yang dihasilkan oleh sel dan spora tetap tinggal didalam
sel tersebut, hingga kondisi memungkinkan untuk tumbuh.(Coyne 1999)
Spora
askus atau askospora adalah spora yang dihasilkan melalui perkawinan
jamur Ascomycota. Askospora terdapat didalam askus, biasanya berjumlah 8
spora. Spora dari perkawinan kelompok jamur Basidiomycota disebut
basidiospora. Basidiospora terdapat didalam basidium,dan biasanya
bejumlah empat spora. (Coyne 1999)
Konidia adalah spora yang
dihasilkan dengan jalan membentuk sekat melintang pada ujung hifa atau
dengan diferensiasi hingga terbentuk banyak konidia. Jika telah masak
konidia paling ujung dapat melepskan diri. (Coyne 1999)
Setelah
melewati masa inkubasi selama 2x24 jam, baik tape ketan maupun tape
singkong menghasilkan khamir atau yeast (Saccharomyces serevisiae) di
dalamnya. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya mikroorganisme yang
tumbuh dalam media PDA. Namun apabila diteliti lebih lanjut dengan
menggunakan mikroskop, akan terlihat pertumbuhan tunas atau budding
yaitu perkembang biakan secara vegetative. Selain tunas, perkembang
biakan yeast dapat dilihat pula dari adanya sporangium yang didalamnya
terdapat spora dan adanya sporangiosfor. Disamping itu juga dapat
melihat hifa (rambut) dan miselium (kumpulan dari hifa) apabila
dilakukan pengamatan pada mikroskop. Data dan hasil pengamatan
menunjukkan bahwa pada pengamatan khamir atau yeast terlihat budding
atau tunas dari khamir Saccharomyses cerevisiae. Budding adalah cara
perkembangbiakan aseksual yeast yakni dengan pembentukan tunas yang
semakin lama semakin membesar lalu memisahkan diri. Namun tidak
seluruhnya mikroorganisme yang tumbuh merupakan Saccharomyces
serevisiae, kemungkinan akan terdapat bakteri lain yang juga ikut
berkembang di dalm media PDA tersebut maupun yang terlihat dibawah
mikroskop. Hal tersebut dikarenakan sample tape ketan atau tape singkong
telah terkontaminasi oleh bakteri dari udara. Kemudian banyaknya yeast
yang tumbuh lebih banyak tumbuh pada tape ketan dibandingkan tape
singkong. Hal tersebut dikarenakan teknik aseptic yang lebih bagus pada
pengerjaan tape ketan dibandingkan denga tape singkong dan bahan atau
sample tape ketan yang digunakan lebih banyak mengandung yeast daripada
tape singkong.
Pada bekteri Rhizopus oligosporus terdapat hifa dan
septa yang terlihat dibawah mikroskop pada perbesaran 100, 400, dan 1000
kali. Lactofenol blue digunakan sebagai pewarna untuk memperjelas hasil
penampang bakteri pada mikroskop. Sedangkan pada slide kultur juga
terlihat hifa dan miselium pada perbesaran 100 dan 400 kali. Pipa V pada
slide kultur digunakan sebagai penyangga dan gliserol untuk menjaga
kelembaban.
KESIMPULAN
Jerami
yang telah di rendam dalam air selama kurang leb ih 2 minggu dapat
menjadi tempat tinggal protista. Protista ini akan muncul dengan
sendirinya pada jerami yang telah lama di rendam air, jenis yang paling
banyak ditemui paramecium yang terdapat paling banyak pada air kolam.
Data dan hail pengamatan menunjukkan Yeast yaitu saccharomyces
cerevisiae menghasilkan budding dan kapang Rhizopus oigosporus
menghasilkan septa, hifa dan miselium.
Daftar Pustaka
• Coyne, Mark S. 1999. Soil Microbiology: An Exploratory Approach. USA : Delmar Publisher
• Pelczar, Michael J. 1999. Microbiology. USA : Mc Graw Hill
• Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi. Erlangga :Jakarta.
• Waluyo, Lud. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM PRESS :Malang.
• Winarni, Endang. 2007. Biologi 3. Esis : Jakarta.
Link : http://andryunib.blogspot.com/2012/11/laporan-praktikum-mikrobiologi.html
harap sertakan sumbernya pada laporan praktikum anda
hargai karya orang lain
Popular Posts
Video of the day
Find Us On Facebook
Twitter Update
Labels
Agroekoteknologi
AIS Bengkulu
arsenal
artikel
Dasar agronomi
Download
Fisiologi Tumbuhan
Game
ilmu tanah
Indonesia
Info penting
jadwal
kata kata
Laporan
Liga Inggris
Mikrobiologi
moto GP
Praktikum
Puma
SEMESTER 2 UNIB
SEO
Slider
Sport
Sports
Toritorial
Trik n Tips
tugas kuliah
Tutorial blog
universitas bengkulu
widget

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Budayakan memberi masukan saran & kritik
demi memajukan blog kami
maree tinggalkan jejak
jangan sungkan-sungkan berkunjung lagi ...