Laporan praktikum dasar-dasar ilmu tanah Karbon dan bahan organik tanah

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR 
ILMU TANAH (DDIT)

NAMA : KURNIA ANDRY SETYAWAN

NPM : E1J011029
AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2012


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

        Bahan organik dalam tanah adalah hasil dari dekomposisi organisme hidup yang tersusun dari campuran polisakarida.  Lignin, protein, dan bahan-bahan organik yang berasal dari batuan dan mineral.  Di dalam bahan organik selalu mengalami penguraian sebagai akibat aktivitas mikrobia tanah.  Proses ini menghasilkan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman serta senyawa lainnya yang keseluruhannya dapat mempengaryhi pertumbuhan tanaman. 
        Bahan organik berperan penting sebagai buffer tanah atau penyangga kation karena dapat mencegah larut dalam pencucian isamping berpengaruh pada struktur tanah.  Ada hubungan yang erat antara karbon dengan nitrogen dalam organik tanah yang dikenal sebagai C/N Ratio.  C/N Ratio menunjukkan tingkat dekomposisi bahan organik dalam tanah.
        Kandungan karbon dalam tanah berkisar antara 1,2—2,5%.  Rata-rata bahahn organik tanah mempunyai kandungan 58% C, oleh karena itu rata-rata bahan organik tanah pertanian berkisar 2—6%.
Metode penetapan kandungan bahan organik tanah ada 3 Metode:
  1. Metode Langsung
  2. Metode tidak langsung
  3. Metode ynang berdasarkan reduksi bahan organik
        Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari Praktikum kali ini adalah:
1.   Mengetahui tanah yang mengandung bahan organik
2.   Mengetahui manfaat dari bahan organik
3.   Dapat menghitung kandungan bahan organik dalam tanah
  1. Mengetahui sifat-sifat tanah yang mengandung bahan organik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


      Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisik, kimia, maupun secara biologi.  Bahan organiak adalah pemantap agregat tanah.  Bahan organik tanah adalah hasil perombakan organisme hidup yang susunannya merupakan campuran antara polisakarida lignin, protein, dan bahan organik lainnya yang berasal dari batuan dan mineral.
      Di dalam tanah, bahan organik selalu mengalami perombakan sebagai aktivitas dari mikroba tanah.  Proses ini dapat menghasilkan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman serta senyawa lainnya yang semuanya itu dapat  mempengaruhi pertumbuhan tanaman.  Adapun metode penetapan bahan organik tanah ada tiga cara, yaitu metode langsung (berdasarkan hilangnya berat), metode tidak langsung, dan metode yang didasarkan pada proses reduksi oleh bahan organik.
Adapun sumber-sumber bahan organik adalah:
1.   Sumber primer
Diperoleh dari jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun, bunga, dan buah.  Jaringan ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasi dengan tanah.
2.   Sumber sekunder
Sumbernya adalah binatang.  Dalam kegiatannya, binatang terlebih dahulu harus menggunakan bahan organik tanaman, setelah itu barulah binatang menyumbang bahan organiknya.
Kedua sumber bahan organik tersebut memiliki pengaruh yang berbeda terhadap tanah.  Hal ini dikarenakan perbedaan komposisi atau susunan dari bahan organik tersebut.  Jaringan binatang berbeda dengan jaringan tumbuhan, oleh sebab itu pada jaringan binatang umumnya lebih cepat hancur dibandingkan dengan jaringan tumbuhan.
Beberapa senyawa organik lebih tahan lapuk seperti lignin lemak dan beberapa senyawa yang mengandung N melalui proses biokimia menghasilkan suatu kelompok senyawa yang agak stabil, koloid amorf, dan berwarna gelap yang dikenal dengan humus.  Humus adalah senyawa kompleks yang agak resisten pelapukan, berwarna coklat, amorfus, bersifat koloid, dan berasal dari jaringan tumbuhan, dan jaringan tumbuhan yang telah didekomposisikan oleh jasad mikro.
Senyawa organik yang mudah lapuk antara lain gula, pati, protein, hemiselulosa.  Adapun hasil dari perubahan bahan organik meliputi energi, air, C, N, S, P, K, Ca, Mg, dan lain-lain.  Kadar bahan organik dalam tanah dipengaruhi oleh kedalaman, iklim, drainase, dan pengolahan dari bahan tersebut.  Mengingat peranannya, bahan organik tanah perlu dipertahankan melalui suatu pengelolaan yang baik.
BAB III
ALAT DAN BAHAN
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan:
  • Tabung reaksi
  • Pipet
  • Erlenmeyer
  • Stopwacth
  • Neraca untuk menimbang
Bahan yang digunakan:
  • H3PO4 85 %
  • NaF kristal
  • Asam sulfat pekat
  • Larutan K2Cr2O7
  • Indikator dipenilalanin
  • Aquades
  • Larutan NaF 4%
  • H2SO4 Pekat 96,6%
  • Fe(NH4).6H2O
  • FeSO4.7H2O
        Prosedur Kerja
A.  Metode Tidak Langsung (berdasarkan kandungan karbon)
A.1  Oksidasi Kering
  1. Timbang 25 gr tanah dari contoh tanah dengan kadar bahan organik yang berlainan.
  2. Masukkan tanah tersebut, masing-masing pada cawan porseline dan dipanaskan dengan nyala api besar atau tempatkan dalam pemanas muffil pada suhu 1000°C selama ± 2 jam.
  3. Angkat cawan dan tempatkan dalam eksikator hingga dingin.  Kemudian timbang dan tetapkan berat yang hilang.
A.2  Oksidasi Basah

Pereaksi

  1. Kalium dikromat p.a bobot setara K2Cr2O7 = 296/6 = 49,035
  2. Amonium ferrosulfat 0,2 N
Timbang 78,6 gr (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O dan larutkan dengan air murni yang mengandung 20 ml H2SO4 96% ditambah air hingga 1 liter.
  1. Penunjuk dipenilalanin.  Larutkan 500 mg (C6H5)2NH4 dengan 100 ml H2SO4 96% dan dituangkan ke dalam 20 ml aquades.
  2. Asam sulfat 96%
  3. Asam phospat (H3PO4) 85%

Cara kerja

  1. Masukkan 500 mg kalium dikromat halus ke dalam tabung reaksi berukuran 150x25 mm, selanjutnya masukkan 250 mg contoh tanah (lolos ayakan 0,5 mm).  Bila kadar C organik lebih dari 10% maka ambil 100 mg contoh tanah dan 600 mg kalium dikromat.
  2. Tambahkan 10 ml asam sulfat pekat ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan gelas ukur, sehingga bahan yang melekat tercuci.
  3. Panaskan tabung reaksi diatas nyala api rendah (2-3 cm), aduk dengan termometer 360°C hingga suhu dalam tabung mencapai 175°C (dalam waktu ± 90 detik).
  4. Setelah suhu turun sampai 100°C isi tabung dibilas ke dalam erlenmeyer 300 ml dengan isi ± 150 ml.  Tambahkan 5 ml asam fosfat 85% atau 5 gr NaF dan 3 tetes dipenilalanin.  Titrasi dengan amonium ferro sulfat 0,2 N hingga warna berubah dari biru ke hijau.
  5. Penetapan blangko diadakan dengan 200 mg kalium dikromat
B.   Metode yang didasarkan pada proses reduksi oleh bahan organik
B.1  Penetapan kadar bahan organik menurut metode Walkley and Black

Pereaksi

  1. H3PO4 85%, NaF kristal, H2SO4 pekat 96%.
  2. Standar 1N K2Cr2O7--49,04 gr K2Cr2O7 dilarutkan ke dalam air dan diencerkan hingga 1 liter.
  3. Indikator dipenilalanin--0,5 gr dipenilalanin dilarutkan dalam 20 ml air dan 100 ml H2SO4 pekat.
  4. Larutan Fe2+ 0,5 N--Larutkan 196,1 gr Fe(NH4)2.6H2O dalam 800 ml air yang mengandung 20 ml asam sulfat pekat kemudian diencerkan menjadi 1 liter.  Bisa juga menggunakan 278 gr FeSO4.7H2O per liter air dengan 15 ml asam sulfat pekat.  Larutan ini berkadar 1 N.

Perlakuan pendahuluan untuk menghilangkan MnO2 yang mudah teroksidasi dapat dilakukan sesuai dengan yang diuraikan dalam Jackson (1958).
C.  Oksidasi Bahan Organik
  1. Timbang 0,25 kalium (0,05 gr tanah gambut, 2 gr tanah dengan kadar bahan organik kurang dari 1%) yang telah melalui saringan (non-logam) 0,2 mm ke dalam labu 500 ml.
  2. Pipet 5 ml kalium dikromat 1 N ke dalam labu tersebut dan campur dengan jalan menggoyang labu tersebut.
  3. Tambahkan 10 ml asam sulfat pekat dan aduk rata selama 1 menit.  Cegah jangan sampai ada tanah yang menempel di dinding labu sehingga tidak tercampur dengan bahan.
  4. Campuran dibiarkan selama 20-30 menit, lakukan untuk blangko dengan cara yang cama.
  5. Untuk peniteran kembali, larutan no. 4 diencerkan dengan 100 ml aquades.
  6. Tambahkan 5 ml H2PO4 85%, 5 ml NaF, dan 5 tetes dipenilalanin.
  7. Titrasi larutan dengan ferro amonium sulfat.  Warna akan berubah dari hijau gelap ke biru keruh dan pada titik akhir titrasi berwarna hijau terang.
BAB IV
HASIH DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan
Sampel
Titrasi
TB 1
9,1
TB 2
8,7
GM 1
8
GM 2
7,5
Blanko
9,5
        Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan, didapatkan bahwa kandungan bahan organik tanah oxisol dan tanah ultisol berbeda, dimana tanah ultisol mengandung bahan organik lebih tinggi bila dibandingkan dengan bahan organik tanah oxisol.  Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor yang mempengaruhi bahan organik tanah, diantaranya adalah kedalaman tanah, iklim, tekstur tanah, dan drainase.
Perombakan bahan organik akan sangat berpegaruh terhadap sifat kimia dan fisik, serta terhadap biota tanah.  Sifat kimia tanah berfungsi untuk meningkatkan nilai tukar kation menjadi sumber dari unsur N, P, dan S yang tahan terhadap pencucian.
Sifat fisika memberikan warna coklat kehitaman pada tanah, meningkatkan kemampuan menahan air, merubah warna menjadi gelap, merangsang dan menetapkan agregat, dan sifat buruk tanah dari liat, mempertinggi daya pengikatan air dalam tanah dan granulasi pada tanah serta mengurangi aliran permukaan tanah.
Pengaruh sifat tanah dari liat berarti meningkatkan daya serap kation dan KTK, meningkatkan ion-ion yang dapat ditukar, meningkatkan ketersediaan unsur hara.  Memepengaruhi sifat biologi tanah juga berarti meningkatkan jumlah serta aktivitas metabolik organisme tanah, meningkatkan jasad mikro dalam membantu meningkatkan dekomposisi bahan organik. 
Bahan organik yang telah mengalami proses dekomposisi, akan menghasilkan produk yang terakumulasi di dalam tanah, sehingga bahan organik yang ada akan meningkat.  Adapun fungsi pengadukan dalam percobaan adalah agar larutan dapat bercampur.  Pada saat indikator dipenilalanin dimasukkan, larutan menjadi berwarna hitam karena mengalami oksidasi.
BAB V
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan:
  1. Kandungan bahan organik pada tanah ultisol lebih banyak daripada pada tanah oxisol
  2. Bahan organik merupakan hasil dari perombakan organisme hidup yang susunannya terdiri dari campuran antara polisakarida, lignin, protein, dan bahan organik yang berasal dari batuan dan mineral
  3. Kandungan bahan organik tanah dipengaruhi oleh tipe vegetasi tanah, iklim, drainase, tekstur tanah, dan kedalaman tanah
  4. Bahan organik yang telah mengalami proses dekomposisi, akan menghasilkan produk yang terakumulasi di dalam tanah, sehingga bahan organik yang ada akan meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

Indranada K. Henry.  1994.  Pengelolaan Kesuburan Tanah.  Bumi Aksara.  Jakarta.
Kuswandi.  1993.  Pengapuran Tanah Pertanian.  Penerbit Kanisius.  Yogyakarta.
Poerwowidodo.  1991.  Genesa tanah, Proses Genesa, dan Morfologi.  Institut Pertanian Bogor.  Bogor.
Tan H. Kim.  1998.  Dasar-dasar Kimia Tanah.  Universitas Gadjah mada.  Yogyakarta.
Tim Penyusun Dasar-dasar Ilmu Tanah.  2008.  Panduan Praktikum Dasar-dasar IlmuTanah.  Universitas lampung.  Bandar Lampung.
Tim Penyusun Dasar-dasar Ilmu Tanah.  2012.  Panduan Praktikum Dasar-dasar IlmuTanah.  Universitas Bengkulu.  Bengkulu.

andry

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Budayakan memberi masukan saran & kritik
demi memajukan blog kami
maree tinggalkan jejak
jangan sungkan-sungkan berkunjung lagi ...