Sistem Cara Pola Tanam Pertanian Berkelanjutan

Defenisi Pertanian Berkelanjutan 
Pertanian berkelanjutan adalah suatu cara bertani yang mengintegrasikan secara komprehensif aspek lingkungan hingga sosial ekonomi masyarakat pertanian. Dalam SPI dikemukakan bahwa pertanian berkelanjutan bertujuan untuk memutus ketergantungan petani terhadap input eksternal dan penguasa pasar yang mendominasi sumber daya agraria. Sehingga para petani dapat menata ulang struktur agraria dan membangun sistem ekonomi pertanian yang sinergis antara produksi dan distribusi dalam kerangka pembaruan agraria. 


pertanianPertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin.
Keberlanjutan yang dimaksud meliputi : penggunaan sumberdaya, kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah terhadap lingkungan (Kasumbogo Untung, 1997).
Sistem pola tanam berkelanjutan merupakan bagian dari pertanian yang berkelanjutan (sustainability) dengan mengacu pada kriteria yang dikemukakan Van der Heide et al., 1992, menitikberatkan pada usaha pengendalian masalah lingkungan pada tingkat lokal, regional dan nasional/global.

Tingkat lokal (petani)
A. Dapat mempertahankan sumber alam sebagai penunjang produksi tanaman untuk  jangka panjang, dengan cara:
- Mengontrol erosi dan memperbaiki struktur tanah
- Mempertahankan kesuburan tanah dengan cara menjaga keseimbangan hara
- Mengusahakan diversifikasi tanaman di lahannya
B. Dapat mempertahankan produktivitas lahan dengan tenaga kerja yang cukup:
- Swa-sembada penyediaan pangan, kayu bakar dan hasil sampingan lainnya
C. Dapat mengatasi risiko gagal panen akibat musim yang kurang cocok, hama, penyakit, gulma dan turunnya harga pasaran, melalui :
- Mempertahankan diversifikasi (setiap komponen dengan kelebihannya masingmasing)
- Mampu bertahan bila mengalami kegagalan dalam produksi
D. Dapat menyediakan dan memberikan peluang untuk perbaikan dan pengembangan:
- Penelitian pada tingkat petani untuk mendapatkan teknologi yang dibutuhkan
- Paket teknologi yang cocok untuk berbagai kondisi

Tingkat Regional (desa)
E. Tidak ada efek negatif terhadap lingkungan, misalnya:
- Tidak ada erosi atau pengendapan dan pendangkalan pada sungai dan danau
- Tidak ada pencemaran air tanah maupun air permukaan
- Tidak terjadi pencemaran yang berkaitan dengan agroindustri
F. Tidak terdapat 'kelaparan' tanah (yang berkaitan dengan A dan B):
- Tidak ada perambahan terhadap sumber daya hutan dan suaka alam

Tingkat Nasional/Global
G. Tidak ada ketergantungan terhadap sarana produksi yang berasal dari industri ataupun  bahan import
H. Tidak menimbulkan masalah emisi gas yang dapat merubah komponen iklim.
Berdasarkan kriteria yang dikemukakan Van der Heide et al., 1992 diatas, suatu sistem pengelolaan tanah dapat dikatakan berkelanjutan atau sustainable apabila memenuhi beberapa tanda berikut:
1. Menekan penurunan produksi tanaman dari waktu ke waktu
2. Menekan gangguan gulma
3. Menekan serangan hama dan penyakit
4. Menekan erosi tanah
5. Mempertahankan keberagaman tanaman (diversifikasi)

TATA CARA PENERAPAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
Penerapan Pertanian Berkelanjutan
Pelaksanaan pertanian berkelanjutan bersumber dari tradisi pertanian keluarga yang menghargai, menjamin dan melindungi keberlanjutan alam untuk mewujudkan kembali budaya pertanian sebagai kehidupan. Dalam pelaksanaannya pertanian berkelanjutan identik dengan pertanian organik (http://www.spi.or.id). Salah satu daerah yang menerapkan sistem pertanian organik adalah Dusun Pomahan, Paingan, Yogyakarta.
Sawah warga Dusun Pomahan, Paingan adalah sawah yang menggunakan sistem pengairan irigasi, meskipun tetap menggunakan air hujan sebagai sumber air pada musim hujan. Sistem pengairan di sawah-sawah tersebut disiasati dengan membuat parit kecil di sepanjang sawah, air parit tersebut berasal dari embung Tambak Boyo. Pengairan ini dilakukan secara bergilir pada setiap petak sawah warga. Warga menggunakan sistem rotasi dalam pembudidayaan tanaman, dimana dalam setiap musimnya warga menanami tanaman yang berbeda. Karena sistem tanam yang yang bergilir maka sistem irigasi untuk setiap tanamanpun berbeda. Untuk sawah yang ditanami padi sistem pengairannya dengan menggenangi sawah, sedangkan sawah yang ditanami cabe, jagung, kacang tanah, dan sebagainya diairi dengan membuat parit kecil yang juga berfungsi sebagai batas bedeng untuk sistem pengairan dan daerah serapan air bagi tanaman tersebut.
Sistem perawatan sawah warga Dusun Pomahan adalah dengan menyiangi tanaman pokok dari gulma atau tumbuhan lain yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman pokok. Penyiangan ini dilakukan secara terus menerus (continue), sehingga tanaman pokok selalu terbebas dari gulma atau tanaman lain yang dapat menggangu pertumbuhannya. Selain itu untuk menghidarkan tanaman pokok dari serangan hama berupa insekta, petani Dusun Pomahan membuat pulutan yang dapat menarik serangga sehingga hama serangga tersebut menempel pada botol yang telah diolesi dengan pulutan. Kemudian sistem perawatan lainnya adalah dengan membuat bedeng yang dibungkus dengan mulsa agar tanah terhindar dari gulma dan untuk pengamanan pupuk organik maupun kimia yang telah dicampurkan dengan tanah bedeng. Bedengan ini bertahan sekitar 6 bulan, dan tanaman yang ditanam dibedengan tersebut dapat dipanen 2 kali dalam setiap periode tanam (± 3 bulan). Untuk perawatan tanaman cabe warga menghilangkan tunas agar tanaman dapat tumbuh subur dan tinggi.
Sistem peremajaan lahan untuk tanaman padi berbeda dengan sistem peremajaan lahan untuk tanaman cabe, tomat, kacang tanah, dan lain-lain. Untuk penanaman padi, setelah masa panen berakhir, sisa-sisa tanaman yang tidak digunakan akan dibiarkan membusuk di lahan untuk mengembalikan kesuburan tanah. Selain itu sebelum menanami lahan tersebut dengan tanaman padi, terlebih dahulu tanah di lahan tersebut di bajak untuk memperbaiki struktur tanah. Sedangkan untuk tanaman lain seperti palawija, peremajaan lahan dilakukan dengan cara dicangkul kemudian dibuat bedengan sebagai tempat penanaman. Bedengan ini diberi pupuk organik maupun anorganik, kemudian bedengan tersebut ditutupi dengan mulsa.
Untuk tanaman padi pola lajur teratur seperti tampak pada gambar di bawah, jarak tiap tanaman ± 5 cm. Sedangkan untuk tanaman palawija (cabe) pola penanaman juga teratur, namun jarak tiap tanaman lebih renggang dibandingkan jarak tanaman padi, yaitu ± 10 cm.
Sumber : 
worldagroforestry.org,

andry

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

2 komentar:

Budayakan memberi masukan saran & kritik
demi memajukan blog kami
maree tinggalkan jejak
jangan sungkan-sungkan berkunjung lagi ...